Rabu, 31 Desember 2008

Peningkatan Mutu Dosen Melalui Rancangan Pengajaran (2)

2. Tujuan Instruksinal Umum (TIU), Arah Umum Kegiatan Pengajaran

Tujuan mata kuliah yang diasuh merupakan bagian kesatuan dari upaya pencapaian tujuan yang lebih besar yaitu tujuan institusi atau bahkan tujuan pendidikan nasional. Umumnya tujuan mata kuliah telah ditetapkan oleh jurusan dan tertera pada Buku Pedoman. Seringkali tujuan mata kuliah itu disebut sebagai Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan tertera pada Buku Pedoman, sehingga harus diterima dan dilakukan oleh dosen. Hal tersebut merupakan sesuatu yang givenMenurut Utomo dan Ruijter (1985) TIU suatu mata kuliah mempunyai empat fungsi, yakni: (1) merupakan dasar untuk menyusun sasaran belajar, (2) merupakan tujuan mata kuliah, (3) merupakan dasar untuk menentukan kegiatan mengajar, dan (4) merupakan pernyataan tentang kedudukan suatu mata kuliah dalam kurikulum. Secara ringkas, TIU berfungsi sebagai arahan yang bersifat umum dari tujuan pengajaran suatu mata kuliah tertentu. Bentuk TIU dari segi tampilan berbentuk: (1) pernyataan yang bersifat umum dan luas, (2) dapat dinyatakan dari segi pengajar maupun dari mahasiswa, dan (3) jumlah rumusan sedikit dan tidak dinyatakan sebagai perilaku. Contoh TIU yang dinyatakan pada satu Buku Pedoman Pendidikan Fakultas X sebagai berikut: Mata kuliah : Metode Penelitian (3 sks) Tujuan : (1) memberikan makna tentang pengetahuan, ilmu, teknologi, dan penelitian. (2) melatih dasar keterampilan dalam melaksanakan kegiatan ilmiah yang berupa penelitian serta menumbuhkan sikap positif terhadap kegiatan dan kebenaran ilmiah. (3) memberikan dasar kemampuan guna menyusun skripsi dengan tata cara dan kecermatan penulisan yang baik dan benar. karena telah dirancang sebagai suatu kesatuan untuk mencapai institusi, sehingga jika dosen merubah tujuan tersebut sesuai kehendak dosen sendiri maka kemungkinan bisa tidak mengarah pada tujuan institusi.

Kualitas Keluarga Penentu Kualitas Bangsa (2)

2. Wanita Barokah

Pernikahan merupakan bukti kebesaran Allah Yang Maha Mulia. Ia menciptakan kasih sayang dan rasa rindu. Ia merasakan ketentraman yang tidak pernah dirasakan oleh orang yang belum menikah. Rumah bagi mereka adalah tempat yang menyejukkan. Tiap anggota keluarga insya Allah memperoleh ketentraman dan terjalin ikatan kasih sayang. Sebuah pernikahan yang barokah akan menumbuhkan jalinan perasaan yang demikian.

Dalam pernikahan yang barokah insya Allah akan tumbuh sakinah, sebuah perasaan kasih yang bersemi dalam diri dua insan. Perasaan itu bukan sejenis luapan-luapan sesaat, sehingga semakin kering ketika pernikahan sudah dimakan usia. Ketika sebuah pernikahan bernilai barokah, suami merasa semakin sayang saat tertegun memandang isterinya yang semata wayang. Isteri merasa getaran cinta yang semakin mendalam saat memandangi wajah suaminya. Bagaimana persisnya ciri keluarga sakinah itu ? Wallahu’alam.

Menurut Rasulullah, tiga kunci kebahagiaan laki-laki adalah:

(1) mendapatkan isteri yang shalihah, yang jika dipandang membuat semakin sayang dan jika ditinggal pergi membuat merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan diri dan harta,( 2) kendaraan yang baik yang bisa mengantar kemana mau pergi, dan (3) rumah yang damai yang penuh kasih sayang.

Sebaliknya, tiga hal yang membuat laki-laki sengsara adalah :

(1) isteri yang tidak membuat bahagia jika dipandang, dan tidak bisa menjaga lidahnya juga tidak membuat merasa aman jika ditinggal pergi karena tidak bisa menjaga kehormatan diri dan harta,( 2) kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuat lelah namun jika ditinggalkan tidak bisa mengantar pergi, dan (3) rumah yang sempit yang tidak ditemukan kedamaian didalamnya.

Akan lebih sempurna seorang mukmin, jika ia mempunyai seorang isteri sholihah, jika diperintah suaminya ia patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah membuatnya merasa lebih adil, jika suaminya pergi akan menjaga diri dan harta suami.

Namun sayang, tidak semua pernikahan mendapatkan barokah. Adakalanya indahnya pernikahan segera kering setelah masa pengantin berlalu. Baru beberapa waktu berbulan madu, tetapi rumah tangga sudah dipenuhi rasa jemu. Anak juga belum dikaruniai, bahkan isteri baru menjalani kehamilan pertama, tetapi hubungan keduanya justru semakin kaku. Rumah yang lapang dan impian yang indah kandas berganti suasana kering dan gersang.

Apa yang menyebabkan pernikahan tidak barokah? hanya Allah yang tahu persisnya. Namun, disini kami bermaksud mengurai sekilas beberapa hal yang menjadikan pernikahan tidak barokah atau kurang kebarokahannya. Mudah-mudahan kita semua bisa mengambil pelajaran, sehingga kita bisa menghindarkan diri dari keadaan-keadaan yang mengurangkan barokah, apa lagi sampai menghilangkannya, insya Allah.

Bagaimanakah pernikahan yang barokah, sedikit barokah, dan bahkan tidak dicapai kebarokahan didalamnya? Rasulullah memperingatkan, barang siapa yang menikahkan (putrinya) karena gila akan kekayaan laki-laki itu meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak pernah pernikahan itu diberkahi-Nya.

Sebagian pernikahan yang kurang barokah, karena niatnya yang tidak tepat. Sebagian disebabkan oleh berbagai hal selama proses berlangsung. Sebagian dipengaruhi oleh pelaksanaan pernikahan. Sebagian dipengaruhi oleh akhlak setelah menikah.

Pada pernikahan yang diberkahi, insya Allah justru akan menjadikan akhlak keduanya semakin baik. Bila sebelumnya masih kurang sesuai dengan keutamaan akhlak, setelah menikah insya Allah mereka menjadi lebih baik akhlaknya.

Menurut Rasulullah, bahwa wanita yang paling agung kebarokahannya adalah yang paling ringan maharnya. Disabdakannya juga bahwa seorang wanita yang penuh barokah dan mendapat anugerah adalah yang murah maharnya, mudah menikahinya, dan akhlaknya baik.

Sebaliknya wanita yang celaka adalah mahal maharnya, sulit menikahinya, dan buruk akhlaknya. Bila selanjutnya bahwa orang yang menikahi wanita karena kedudukannya, Allah hanya akan menambahi kehinaan padanya; yang menikahi karena kekayaan, Allah akan memberinya kefakiran; yang menikahi karena nama besar keturunannya, Allah justru akan menambahinya kerendahan.

Namun, laki-laki yang menikahi wanita hanya karena ingin menjaga pandangan mata dan memelihara nafsunya atau untuk mempererat hubungan kasih sayang (silaturahmi), maka Allah akan memberkahi laki-laki itu dan memberinya kebarokahan yang sama pada wanita itu sepanjang ikatan perkawinannya.